Jumat, 14 November 2008
JABAL MAGNET
Orang sering menyebut "Keajaiban Dunia" adalah Menara Eiffel di Perancis, Piramid Giza di Mesir, Taj Mahal di India, Menara Miring "Pisa" di Italia, Patung Liberty di Amerika, Tembok Besar Tiongkok di China, atau lainnya.
Tapi, nama "Jabal Magnet" (Bukit Magnet) yang setiap musim haji selalu dikunjungi jutaan manusia dari berbagai belahan dunia yang sedang menunaikan haji, agaknya tak pernah masuk hitungan.
Konon, "Bukit Magnet" yang terletak sekitar 30 kilometer arah utara kota Madinah itu diketahui setelah ada pesawat terbang yang melintasi kawasan itu, tiba-tiba kecepatan pesawat berkurang dengan sendirinya.
Selain itu, otoritas Saudi Geological Survey (SGS) pada tahun 1999 sempat dikejutkan dengan adanya aktivitas swarm (gempa kecil terus-menerus) di Harrah Rahat yang merupakan pertanda naiknya sejumlah besar magma.
Bahkan, di sekitar Madinah diketahui ada kegempaan aktif di Harrah Rahat, yang sangat dimungkinkan terjadinya migrasi magma dan sebagian di antaranya diduga menyusup ke bawah Jabal Magnet, sehingga muncul "medan magnet" (daya tarik bumi) di kawasan itu.
"Saat ini, di Jabal Magnet yang merupakan kawasan padang pasir yang tandus tapi penuh dengan pohon, semak, dan bukit batu itu sudah banyak tenda yang sering dipakai masyarakat Madinah untuk berlibur," kata warga mukimin asal Indonesia, Suhendi, kepada wartawan ANTARA News yang meliput di Madinah.
Setiap Kamis sore atau malam Jumat, katanya, suasana di Jabal Magnet terlihat ramai dengan masyarakat Madinah yang bercengkerama bersama anak-anak, saudara, dan kawan-kawannya.
"Pemerintah Arab Saudi sudah membangun fasilitas mainan dan tempat berteduh di kawasan Jabal Magnet yang merupakan jalan buntu, karena Jabal Magnet memang tidak ada jalan tembus, sehingga pergi dan pulang pun hanya tinggal memutar di bundaran Jabal Magnet," katanya.
Warga Madinah yang ingin melakukan perkemahan atau sekadar jalan-jalan, katanya, sering juga membawa tenda sendiri dengan membawa makanan sendiri. "Di masa dahulu, wilayah itu merupakan tempat uzlah atau menyepi bagi mereka yang ingin menenangkan diri," katanya.
Lantas, apa "keajaiban" dari Jabal Magnet itu sendiri ?! Keajaiban Jabal Magnet itu terasa dari adanya tarikan "medan magnet" (daya tarik bumi) saat pulang dari kawasan tandus itu, karena mobil akan melaju kencang dengan sendirinya dalam kecepatan 120 kilometer/jam, meski mesin mobil dimatikan.
Namun, keajaiban "Tanah Suci" itu hanya berlangsung sekira 2-3 kilometer dari arah kepulangan dari "Jabal Magnet" yang saat datang ke lokasi itu justru sebaliknya yakni mengalami dorongan berat untuk tiba di lokasi itu.
"Geligi mesin harus dikurangi hingga 1-2 geligi saat menuju ke jabal itu, karena perjalanan ke Jabal Magnet terasa berat," kata pengemudi asal Sampang, Madura yang juga mukimin, Sappak Suliy.
Tapi, jangan berharap dapat sampai ke lokasi itu dengan menanyakan kepada warga Madinah bila menyebut nama "Jabal Magnet" karena nama dari salah satu lokasi ziarah/kunjungan/wisata di Madinah itu tidak akrab di telinga masyarakat Madinah sendiri.
"Saya harus berputar-putar sekitar tiga jam untuk mengantarkan tim MCH (Media Center Haji) Daker (Daerah Kerja) Madinah," kata Sappak Suliy yang mengemudikan mobil tim MCH Daker Madinah itu setelah berkeliling mencari lokasi itu (11/11).
Bahkan, Sappak harus bertanya kepada enam warga Madinah yang ditemui untuk menunjukkan salah satu lokasi ziarah favorit bagi jemaah haji Indonesia itu, sehingga sembilan jurnalis yang diantar hampir saja putus asa.
Namun, ketika sempat berhenti untuk bertanya kepada seseorang di madrasah Jamiyah Islamiyah, Madinah, akhirnya warga Pakistan yang juga "mukimin" menyebut nama lain.
"Orang itu menyebut Jabal Magnet itu dengan Mantiqotul Baido (Tanah atau Perkampungan Putih) dengan menunjukkan arah dari Masjid Qiblatain berbelok ke kiri, kemudian melaju ke arah Jabal Uhud," katanya.
Dari Jabal Uhud, katanya, rombonngan diminta mengambil posisi berbelok ke kiri ke arah kota Tabuk hingga sampai ke bundaran jalan yang terakhir, kemudian berbelok kanan hingga beberapa kilometer akan tiba ke jalan buntu di kawasan bebukitan yang dikenal jemaah haji Indonesia sebagai "Jabal Magnet" itu.
Di lokasi yang berjarak 30 kilometer dari kota Madinah itu, pedagang di kawasan itu, Muhammad, mengaku jemaah haji Indonesia memang banyak yang mengunjungi "Jabal Magnet" selama musim haji.
"Banyak jemaah haji Indonesia yang datang ke sini sejak pagi hingga siang," kata pedagang minyak wangi itu.
Jalan menuju lokasi itu pun tak kalah menariknya, karena ada hamparan perkebunan kurma di sepanjang perjalanan dan bila tiba di padang pasir yang tandus akan terlihat sekelompok unta yang berlalu-lalang dari kejauhan.
Hingga kini, belum diketahui secara jelas hubungan antara magnet dengan laju kendaraan, karena batu yang mengandung biji magnet itu diduga berada di bawah permukaan jalan yang dilewati, bukan di dalam bukit.
Alasannya, bila medan magnet ada bebukitan tentu semakin mendekati bukit akan semakin kuat daya tariknya, sehingga kendaraan dapat menempel di bebukitan, namun medan magnet tampaknya ada dalam radius 3-4 kilometer saja.
Tentu, keajaiban dunia di utara Madinah itu bukan isapan jempol, karena jutaan orang dari berbagai belahan dunia sudah membuktikan kebenarannya, namun Jabal Magnet agaknya perlu penelitian lanjutan. (ant/ya)
Sumber : republika.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Allah menunjukkan kuasanya pada setiap penciptaannya
Posting Komentar