Rabu, 27 Oktober 2010

Pray for Indonesia

Pray for Indonesia












Ucapan belasungkawa dikirim oleh warga dunia maya melalui Twitter dan Facebook. Tidak hanya ucapan, pengguna internet pun mengganti foto profil mereka dengan gambar pita hitam bertuliskan 'Pray for Indonesia'.

Ditelusuri okezone, Rabu (27/10/2010), foto pita hitam tersebut didampingi oleh sebuah gambar burung Garuda, mencirikan rasa nasionalisme warga Indonesia pengguna internet. Tidak hanya disematkan untuk mengganti gambar profil yang ada di Facebook, beberapa pengguna Blackberry Messenger (BBM) juga melakukan hal serupa.

Selain gambar pita hitam 'pray for Indonesia', beberapa pengguna BBM lain memilih untuk menghitamkan foto profil mereka sebagai bentuk belasungkawa. Bahkan beberapa lainnya mengganti gambar profil mereka dengan foto Mbah Marijan.

Seluruh aksi tersebut dilakukan para pengguna internet di Indonesia untuk memperlihatkan rasa belasungkawa yang mendalam atas terjadinya rangkaian bencana menimpa Tanah Air.

Seperti diketahui, dua bencana alam telah terjadi di Indonesia. Selain bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai, bencana gunung meletus juga terjadi di Gunung Merapi Jawa Tengah.

Dalam bencana Tsunami di Mentawai, sekira 112 orang tewas dan 502 lainnya dikabarkan hilang. Sedangkan bencana letusan Gunung Merapi setidaknya membuat ratusan ribu warga Jawa Tengah panik dan harus mengungsi, 11 orang dikabarkan tewas di rumah Mbah Marijan.


Sumber : okezone.com

Selasa, 19 Oktober 2010

TERIMA KASIH SAHABAT


Engkau luangkan waktu terindah
singgah sejenak disini
membaca lembar demi lembar buku hatiku

Engkau sediakan waktu terbaik
santun menyapa lengangku
merasakan bait demi bait goresan tinta hatiku

Engkau sempatkan waktu terhebat
bertamu menjenguk ruang ini
menikmati rangkaian kata sederhana yang terhidangkan

mungkin tak seindah karya pujangga agung
hanya sebentuk karya seorang insan biasa
berbagi rasa mewujud dalam barisan kata
seiring tulus hati lisanpun terhaturkan

Terima Kasih Sahabat
telah berkenan mengunjungi
"Ruang CINTA Seorang PUGUH"

...

RASAKAN AKU

meraba ramah lekukan hatimu
mendaki terjalnya bukit batinmu
mencoba merenangi lautan jiwamu
memanggil lembut ketulusanmu
menunggu sungguh anggukkan iyamu
menanti sinyal indah terpancarkan
perkenankan aku merapatkan perahu harapku
ajakmu mengayuhnya melayari dunia
pejamkan sejenak riuh rasaku ini
dalam nyenyaknya peraduan asaku

Jumat, 15 Oktober 2010

MASIH ADA HARAPAN

sekuntum bunga di pucuk dahan kering
setetes air di luasnya padang tandus
dirundung haru tak kunjung luruh
menabung sedikit asa
sisakan tuk hari esok
menepis kabut ragu
tebalkan dinding keyakinan
sepercik cahaya pelita terang relung hati
masih ada harapan
ketika jejak kaki menapak tegar melangkah
teguhkan karang jiwa
melawan derasnya arus cobaan
terbitkan harapan
bersama senyum mentari di ufuk timur

Senin, 11 Oktober 2010

DUKA NEGERIKU

belum usai duka di Pemalang
belum habis air mata terurai
tak berselang lama
dukapun kembali menerpa negeri ini
genangan air yang melimpah ruah
meleburkan Waisor Papua Barat
luluhlantakkan apapun yang terlewati
ratusan insanpun melepas nyawa
ratusan insan terluka parah raga dan jiwa
menahan pedih begitu mendidih
hancur semua tak tersisa
hanya tinggal keharuan yang menyesakkan
bentangan jalan
kokohnya bangunan
telah berganti rupa lumpur yang menggunung
terhempas hantaman gelombang air bah
ada apa dengan negeriku
tak henti bencana menerjang
berulang kali tragedi menyayat hati
apakah ini semata murka alam
selama ini terkoyak ulah serakah manusia
apakah ini isyarat Tuhan
sadarkan diri kita dengan dahsyat kuasa-Nya
memanggil nurani tundukkan keangkuhan
semakin merendah di hadapan-Nya
sujudkan diri penuh keikhlasan pada-Nya

...

BERITA KEPADA KAWAN - EBIET G ADE

Perjalanan ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan

Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan

Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih …

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika dia kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari

Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit

Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa

Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang


UNTUK KITA RENUNGKAN - EBIET G ADE

UNTUK KITA RENUNGKAN (EBIET G ADE)

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tegaklah ke dalam sebelum bicara

Singkirkan debu yang masih melekat
Singkirkan debu yang masih melekat

Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar

Adalah Dia di atas segalanya
Adalah Dia di atas segalanya

Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah

Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista

Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang telah kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab

Mari, hanya tunduk sujud padaNya
Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin

Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum
Berubahlah agar Dia tersenyum

...

Kamis, 07 Oktober 2010

LELAKI DIAM

memandang sosok lelaki muda disana
terlihat jelas raut gelisah
menghias lugu dalam diamnya
entah apa yang dia rasa
entah apa yang terpikirkan
termangu tanpa sepatah kata terlontarkan
mendekap lututnya bersandar resah
tatapan mata begitu hampa tak berjiwa
ingin ku ajaknya berbincang
namun takut kan usik diamnya
hingga ku melihatnya beranjak pergi


...

LUKA KU

luka di ujung hari
merantai diri dalam pengapnya ruang
mengikis eratnya pelukan nelangsa
menggerus cadasnya rasa gelisah
tak henti terus mendayung waktu
tepati janji pada sang mentari
menunaikan ingin tuk belajar memahami
menelaah kepingan demi kepingan lara
menundukkan genggaman pongah
sembari menjaring bernasnya hikmah
menuai senyum penawar luka
aku di ujung hari


...

Senin, 04 Oktober 2010

DUKA DINIHARI

( Rangkaian kata ini tertulis dari kejadian duka saat KA Argo Bromo Anggrek menabrak KA Senja Utama di Stasiun Petarukan Pemalang pada hari Sabtu 2 Oktober 2010 dinihari jam 03.00 )

mendung duka begitu tebal
hitamkan langit yang masih gulita
kala sang Anggrek melampaui batas memagut sang Senja
hening dinihari mendadak pecah
terbelah sayatan suara tangis mengiba
tak urung seketika puluhan nyawa meregang
dinihari itu tak lagi sunyi
berganti rupa kepedihan tiada tara
langitpun deras menumpahkan hujan air mata
tak ada rasa sanggup mewakilkan semua itu
selain rasa bela sungkawa dan kesedihan yang mendalam


...

Minggu, 03 Oktober 2010

TANYA UNTUK KEKASIHKU

jika mentariku tengah meredup
sudikah engkau tetap menemaniku

jika rembulanku lelah bercahaya
setiakah engkau tetap disampingku

jika bintangku enggan berkilau
masihkah engkau mendampingiku

jika sang gundah tengah merajam benakku
sudikah engkau pulihkanku kembali berpijar terang

jika sang nelangsa merapuhkan bagasnya jiwaku
berkenankah engkau menjadi penopang setia disisiku

...

KUNTUM ASA ( BUAT SANG BUNGA )

layukah bunga itu
merapuh lusuh tak lagi mengharum
berharap takkan gugur melepas kuntum asa
tegar tergenggam erat dalam tautan
menyeru pada mentari
tuk sentuhkan hangat pijarnya
membuka kelopak hati bunga itu
menggugah nalurinya
tuk kembali tersenyum dan mewangi

TENTANG KITA

kita memanggil bintang
tatkala siang begitu terik menyengat
kita mengharap mentari
ketika malam masih terlalu muda
kita melajukan langkah
dimana semestinya rehatkan lelah
kita melumpuhkan rasa
tatkala masih mampu tuk menyanjungnya
setitik nila prasangka
dinginkan kehangatan sekian waktu tlah terjaga
rapikan kembali serakan puing
yang terlalu indah tuk kita biarkan tak bertuan
kita tetaplah sebintang
sepanjang kita masih
membuka lebar ruang tuk berbincang
menyibakkan kabut bimbang yang membayang
meruntuhkan kerasnya dinding ego yang menghadang
menaburkan kembali pupuk rasa sayang
tuk semikan kembali tumbuhan cinta kita

Related Posts with Thumbnails