Bagaimana jika
kita memiliki wajah yang serupa
bagaimana jika
kita mempunyai raga yang sebentuk
bagaimana jika
pelangi hanya terlihat sewarna
bagaimana jika
semua orang memakai baju yang sewarna
bagaimana jika
parfum hanya terhirup satu keharuman
bagaimana jika
hanya ada satu musim saja di dunia ini
bagaimana jika
setiap insan memiliki kelebihan yang sama
Jika semuanya sama
betapa hambarnya dunia ini
betapa membosankan hidup ini
Itulah mengapa perbedaan itu indah
dan saling melengkapi
selama dalam batasan yang tepat
dan tataran yang proporsional
Syukur kepada Tuhan
yang telah mengatur segalanya dengan sempurna
...
Jumat, 13 Juni 2008
Rabu, 11 Juni 2008
Pandang Pertama ( NFR )
kini wujudmu hentikan kelana hatiku
terkesima di eloknya sosokmu
ciptakan lagi debar di hati
yang lama terbiasa tak berjejak
tanpa senyum pun dikau terpandang pelangi
hujani dataran ranah kalbu air kesejukan
dikau bukan cuma sebentuk embun
namun telaga yang 'kan menjadi muara aliran rasaku
dikau bukan hanya secercah sinar di ujung pengharapan
namun seolah mentari menyibakkan kelabu tirai jiwaku
menjadilah nirwana
tempatku teduhkan segala lara dan suka
...
terkesima di eloknya sosokmu
ciptakan lagi debar di hati
yang lama terbiasa tak berjejak
tanpa senyum pun dikau terpandang pelangi
hujani dataran ranah kalbu air kesejukan
dikau bukan cuma sebentuk embun
namun telaga yang 'kan menjadi muara aliran rasaku
dikau bukan hanya secercah sinar di ujung pengharapan
namun seolah mentari menyibakkan kelabu tirai jiwaku
menjadilah nirwana
tempatku teduhkan segala lara dan suka
...
SEDIHNIHARI
aku menangis
bukan karena kehilanganmu
namun karena aku tak mampu buatmu nyaman disisiku
aku bersedih
bukan karena kepergianmu
namun karena aku tak bisa penuhi janji 'tuk bahagiakanmu
lambaian tangan terakhirmu
begitu menyesakkan ruang hatiku
kata pisah darimu
sungguh menyentak rongga dadaku
namun ku percaya
'kan hadir pagi seusai malam
'kan terbit mentari terangi redupnya hariku
...
bukan karena kehilanganmu
namun karena aku tak mampu buatmu nyaman disisiku
aku bersedih
bukan karena kepergianmu
namun karena aku tak bisa penuhi janji 'tuk bahagiakanmu
lambaian tangan terakhirmu
begitu menyesakkan ruang hatiku
kata pisah darimu
sungguh menyentak rongga dadaku
namun ku percaya
'kan hadir pagi seusai malam
'kan terbit mentari terangi redupnya hariku
...
Rabu, 04 Juni 2008
Italia - Euro 2008
Il cielo è sempre più blu
(The sky is always bluer)
Squadra Gli Azzurri :
* Goalkeepers
1 Gianluigi Buffon
14 Marco Amelia
17 Morgan De Sanctis
* Defenders
2 Christian Panucci
3 Fabio Grosso
4 Giorgio Chiellini
5 Alessandro Gamberini
6 Andrea Barzagli
19 Gianluca Zambrotta
23 Marco Materazzi
* Midfielders
8 Gennaro Gattuso
10 Daniele De Rossi
13 Massimo Ambrosini
16 Mauro Camoranesi
20 Simone Perrotta
21 Andrea Pirlo
22 Alberto Aquilani
*Forwards
7 Alessandro Del Piero
9 Luca Toni
11 Antonio Di Natale
12 Marco Borriello
15 Fabio Quagliarella
18 Antonio Cassano
(The sky is always bluer)
Squadra Gli Azzurri :
* Goalkeepers
1 Gianluigi Buffon
14 Marco Amelia
17 Morgan De Sanctis
* Defenders
2 Christian Panucci
3 Fabio Grosso
4 Giorgio Chiellini
5 Alessandro Gamberini
6 Andrea Barzagli
19 Gianluca Zambrotta
23 Marco Materazzi
* Midfielders
8 Gennaro Gattuso
10 Daniele De Rossi
13 Massimo Ambrosini
16 Mauro Camoranesi
20 Simone Perrotta
21 Andrea Pirlo
22 Alberto Aquilani
*Forwards
7 Alessandro Del Piero
9 Luca Toni
11 Antonio Di Natale
12 Marco Borriello
15 Fabio Quagliarella
18 Antonio Cassano
Senin, 02 Juni 2008
SESUATU BUAT JELITA
tak semudah membalik tangan
'tuk mencairkan bekunya kutub hatimu
tak secepat kilat melintas
'tuk melumerkan bajanya dinding hatimu
melumpuhkan egomu
ketika masa lalu
membelenggu dirimu dalam sangkar trauma
jadikanmu membatu
seolah katak dalam tempurung
mencoba meniupkan hawa kesejukan
dalam aliran nafas hidupmu
dunia bukan hanya hitam buram nestapa
namun 'kan ada terang gemerlap bahagia
mendung kelam hadir
untuk memahami indahnya cerah langit
kehilangan terasa
untuk mengerti nikmatnya saat memiliki
mencerna semua kejadian
melihat dengan mata hati
dunia ini begitu berwarna
begitu sempurna ...
'tuk mencairkan bekunya kutub hatimu
tak secepat kilat melintas
'tuk melumerkan bajanya dinding hatimu
melumpuhkan egomu
ketika masa lalu
membelenggu dirimu dalam sangkar trauma
jadikanmu membatu
seolah katak dalam tempurung
mencoba meniupkan hawa kesejukan
dalam aliran nafas hidupmu
dunia bukan hanya hitam buram nestapa
namun 'kan ada terang gemerlap bahagia
mendung kelam hadir
untuk memahami indahnya cerah langit
kehilangan terasa
untuk mengerti nikmatnya saat memiliki
mencerna semua kejadian
melihat dengan mata hati
dunia ini begitu berwarna
begitu sempurna ...
KERINDUAN
aku merindukanmu
wahai masa lalu
berlagu riang diantara pujian pada-NYA
bersenandung mesra tentang semesta
berkelana tiada jenuh
menenteramkan jiwa
lelah pun terasa nikmat
meleburkan hikmat bersama sahabat
namun hidup adalah perjalanan
'tuk sempurnakan pengabdian
...
wahai masa lalu
berlagu riang diantara pujian pada-NYA
bersenandung mesra tentang semesta
berkelana tiada jenuh
menenteramkan jiwa
lelah pun terasa nikmat
meleburkan hikmat bersama sahabat
namun hidup adalah perjalanan
'tuk sempurnakan pengabdian
...
KEMBALI KE NURANI
bukanlah khilaf jika selalu berulang
apakah aku keledai yang kerap terjatuh di lubang yang sama
mengapa masih ku buat kesalahan itu
tanpa memahami akibatnya
hanya menuruti haluan hasrat tak berujung
menafikan getir lara mendera sesama
alpakan bisikan nurani
aku terlalu sibuk mendaki tebing hidup
tanpa hela nafas sejenak
'tuk perdulikan apa yang terjadi di sekelilingku
aku terlalu pikirkan apa yang 'kan kudapatkan
bukan apa yang harusnya aku berikan
sungguh hinanya diriku
apakah aku layak tertawa
ketika melihat mereka menangis pedih
apakah aku pantas bersuka
ketika menatap mata mereka
yang mungkin telah habis air matanya
bukanlah hati
jika tak bisa merasa
semoga aku mampu kembali pulang
pulang ke pangkuan nurani
...
apakah aku keledai yang kerap terjatuh di lubang yang sama
mengapa masih ku buat kesalahan itu
tanpa memahami akibatnya
hanya menuruti haluan hasrat tak berujung
menafikan getir lara mendera sesama
alpakan bisikan nurani
aku terlalu sibuk mendaki tebing hidup
tanpa hela nafas sejenak
'tuk perdulikan apa yang terjadi di sekelilingku
aku terlalu pikirkan apa yang 'kan kudapatkan
bukan apa yang harusnya aku berikan
sungguh hinanya diriku
apakah aku layak tertawa
ketika melihat mereka menangis pedih
apakah aku pantas bersuka
ketika menatap mata mereka
yang mungkin telah habis air matanya
bukanlah hati
jika tak bisa merasa
semoga aku mampu kembali pulang
pulang ke pangkuan nurani
...
Langganan:
Postingan (Atom)